Assalamualaikum
wr.wb sobat Edu Salju, sekarang
saya akan melanjutkan artikel sebelumnya yang berhubungan dengan pendidikan
tepatnya masalah teori belajar yaitu tentang teori belajar menurut kognitif, belajar adalah hal yang hampir pernah
dilakukan oleh semua orang akan tetapi kita hanya mengetahui bahwa belajar itu
ialah dengan membaca ataupun mengingat sebuah ilmu yang sebenarnya hal yang
paling sering kita lakukan itu juga mempunyai teori tersendiri, nah ini ada
sedikit pembahasan tentang teori belajar kognitif yang juga berasal dari makalah teori belajar yang saya posting pada
artkel sebelumnya.
Pengertian Belajar
Menurut Teori Kognitif
Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil
belajarnya, tingkah laku seseorang
ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan
dengan tujuan belajarnya. Belajar merukapan perubahan persepsi dan pemahaman
yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yag nampak.
Teori kognitif menekankan
bahwa bagian-baian dari suatu situasi saling berhubungan dengan seluruh konteks
situasi tersbut.
Yang belajar
merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengoloahan
informasi, emosi, dan aspk-aspek kejiwaan lainnya.
Dalam praktek pembelajaran, teori kognitif antara lain tampak dalam
rumusan-rumusan seperti berikut:
a. Teori
Perkembangan Piaget
Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu
suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem
syaraf. Dengan makin bertambahnya umur seseorang, maka makin komplekslah
susunan sel syarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya. Ketika
individu berkembang menuju kedewasaan, akan mengalami adaptasi biologis dengan
lingkungannya yang akan menyebabkan adanya perubahan-perubahan kualitatif
didalam struktur kognitifnya.
Menurut Piaget, proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap
perkembangan sesuai dengan umurnya. Pola dan tahap-tahap ini bersifat
hirarkhis, artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan seseorang
tidak dapat belajar sesuatu yang berada di luar tahap kognitifnya. Piaget
membagi tahap-tahap perkembangan kognitif ini menjadi empat yaitu:
1) Tahap
sensorimotor (umur 0-2 tahun)
Pertumbuhan kemampuan anak tampak dari kegiatan motoric dan persepsinya yang
sederhana. Ciri pokok perkembangannya berdasarkan tindakan, dan dilakukan
langkah demi langkah.
Kemampuan yang dimilikinya antara lain:
a) Melihat
dirinya sendiri sebagai makhluk yang berbeda dengan objek di sekitarnya
b) Mencari
rangsangan melalui sinar lampu dan suara
c) Suka
memperhatikan sesuatu lebih lama
d) Mendefinisikan
susuatu dengan memnipulasinya
e) Memperhatikan
objek sebagai hal yang tetap, lalu ingin merubah tempatnya
2) Tahap preoperasional (umur 2-7/8 tahun)
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah pada penggunaan symbol atau
bahasa tanda, dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif. Tahap ini dibagi
menjadi dua, yaitu preoperasional dan intuitif.
Preoperasional (umur 2-4 tahun), anak telah mampu menggunakan bahasa dalam mengembangkan
konsep nya, walaupun masih sangat sederhana. Maka sering terjadi kesalahan
dalam memahami objek. Karakteristik tahap ini adalah:
a) Self
counter nya sangat menonjol.
b) Dapat
mengklasifikasikan objek pada tingkat dasar secara tunggal dan mencolok.
c) Mampu
mengumpulkan barang-barang menurut kriteria, termasuk kriteria yang benar.
d) Dapat
menyusun benda-benda secara berderet, tetapi tidak dapat menjelaskan perbedaan antara
deretan.
Tahap
intuitif (umur 4 - 7 atau 8
tahun), anak telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang
agak abstraks. Dalam menarik kesimpulan sering tidak diungkapkan dengan
kata-kata. Oleh sebab itu, pada usia ini, anak telah dapat mengungkapkan isi
hatinya secara simbolik terutama bagi mereka yang memiliki pengalaman yang
luas. Karakteristik tahap ini adalah :
a) Anak dapat
membentuk kelas-kelas atau kategori objek, tetapi kurang disadarinya.
b) Anak mulai
mengetahui hubungan secara logis terhadap hal-hal yang lebih kompleks.
c) Anak dapat
melakukan sesuatu terhadap sejumlah ide.
d) Anak mampu
memperoleh prinsip-prinsip secara benar. Dia mengerti terhadap sejumlah objek
yang teratur dan cara mengelompokkannya. Anak kekekalan masa pada usia 5 tahun,
kekekalan berat pada usia 6 tahun, dan kekekalan volume pada usia 7 tahun. Anak
memahami bahwa jumlah objek adalah tetap sama meskipun objek itu dikelompokkan
dengan cara yang berbeda.
3) Tahap
Operasional Konkret (Umur 7 atau 8-11 atau 12 tahun)
Operation adalah suatu tipe
tindakan untuk memanipulasi objek atau gambaran yang ada di dalam
dirinya. Karenanya kegiatan ini memerlukan proses transformasi informasi
ke dalam dirinya sehingga tindakannya lebih efektif. Anak sudah tidak
perlu coba-coba dan membuat kesalahan, karena anak sudah dapat berpikir dengan
menggunakan model "kemungkinan" dalam melakukan kegiatan
tertentu. Ia dapat menggunakan hasil yang telah dicapai sebelumnya.
Anak mampu menangani sistem klasifikasi.
Namun sungguh pun
anak telah dapat melakukan pengklasifikasian, pengelompokan dan pengaturan
masalah (ordering problems) ia tidak sepenuhnya menyadari adanya
prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya. Namun taraf berpikirnya
sudah dapat dikatakan maju. Anak sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik
perseptual pasif. Untuk menghindari keterbatasan berpikir anak perlu
diberi gambaran konkret, sehingga ia mampu menelaah persoalan. Sungguhpun
demikian anak usia 7-12 tahun masih memiliki masalah mengenai berpikir
abstrak
4) Tahap
Operasional Formal (Umur 11/12-18 tahun)
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu berpikir
abstrak dan logis dengan menggunakan pola berpikir
"kemungkinan". Model berpikir ilmiah dengan tipe hipothetico-dedutive dan inductive sudah
mulai dimiliki anak, dengan kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan dan
mengembangkan hipotesa. Pada tahap ini kondisi berpikir anak sudah dapat
:
a) Bekerja
secara efektif dan sistematis.
b) Menganalisis
secara kombinasi. Dengan demikian telah diberikan dua kemungkinan
penyebabnya, C1 dan C2 menghasilkan R, anak dapat merumuskan beberapa
kemungkinan.
c) Berpikir
secara proporsional, yakni menentukan macam-macam proporsional tentang C1, C2
dan R misalnya.
d) Menarik
generalisasi secara mendasar pada satu macam isi. Pada tahap ini
mula-mula Piaget percaya bahwa sebagian remaja mencapai formal
operations paling lambat pada usia 15 tahun. Tetapi berdasarkan
penelitian maupun studi selanjutnya menemukan bahwa banyak siswa bahkan
mahasiswa walaupun usianya telah melampaui, belum dapat melakukan formal
operation.
Secara umum, semakin tinggi
tahap perkembangan kognitif seseorang akan semakin teratur dan semakin abstrak
cara berpikirnya. Guru seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan
kognitif pada muridnya agar dalam merancang dan melaksanakan proses
pembelajarannya sesuai dengan tahap-tahap tersebut. Pembelajaran yang
dirancang dan dilaksanakan tidak sesuai dengan kemampuan dan karakteristik
siswa tidak akan ada maknanya bagi siswa.
b. Teori
Belajar Menurut Bruner
Jerome Bruner (1966) adalah seorang pengikut setia teori kognitif khususnya
dalam studi perkembangan fungsi kognitif. Ia menandai perkembangan kognitif
manusia sebagai berikut:
1) Perkembangan
intelektual ditandai dengan adanya kemajuan dalam menanggapi suatu rangsangan
2) Peningkatan
pengetahuan tergantung pada perkembangan system penyimpangan informasi secara
realis.
3) Perkembangan
intelektual meliputi perkembangan kemampuan berbicara pada diri sendiri atau
pada orang lain melalui kata-kata atau lambang tentang apa yang telah
dilakukan.
4) Interaksi
secara sistematis antara pembimbing, guru atau orang tua dengan anak diperlukan
bagi perkembangan kognitifnya.
5) Bahasa
adalah kunci perkembangan kognitif, karena bahasa merupakan alat komunikasi
antara manusia.
6) Perkembangan
kognitif ditandai dengan kecakapan untuk mengemukakan beberapa alternative
secara simultan, memilih tindakan yang tepat, dapat memberikan prioritas yang
berurutan dalam berbagai situasi.
Bruner menekankan adanya
pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku sesorang. Dengan teorinya yang
disebut free discovery learning, ia mengatakan bahwa proses belajar
akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui
contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Bruner menyatakan bahwa
perkembangan bahasa benar pengaruhnya terhadap perkembangan kognitif.
Menurut Bruner perkembangan
kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh carnya
melihat lingkungan, yaitu; enactive, iconic, dan symbolic.
1) Tahap
enaktif, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya untuk memahami
lingkungan sekitarnya. Artinya, dalam memahami dunia sekitarnya anak
menggunakan pengetahuan motorik. Misalnya melalui gigitan, sentuhan, pegangan,
dans sebagainya.
2) Tahan
ikonik, seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar dan
visualisasi verbal. Maksudnya, dalam memahami dunia dan sekitarnya anak belajar
melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi)
3) Tahap
simbolik, seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak
yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Dalam
memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui simbol-simbol bahasa, logika,
matematika, dan sebagainya. Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak
symbol. Semakin matang seseorang dalam proses berfikirnya, semakin dominan
system simbolnya. Meskipun begitu tidak berarti ia tidak lagi menggunakan
system enaktif dan ikonik. Penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran merupakan
salah satu bukti masih diperlakukannya system enaktif dan ikonik dalam proses
belajar.
c. Teori
Belajar Bermakna Ausubel
Ausubel berpendapat bahwa guru
harus dapat mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar yang
bermakna. Bermakna yaitu materi pelajaran yang baru sesuai dengan konsep yang
dalam struktur kognisi siswa.
Ausebel beranggapan bahwa aktivitas belajar siswa, terutama mereka yang berada
di tingkat pendidikan dasar akan bermanfaat apaabila mereka banyak dilibatkan
dalam kegiatan langsung. Namun siswa pada pendidikan lebih tinggi kegiatan
langsung akan mengita banyak waktu. Lebih efektif apabila guru menggunakan
penjelasan, demonstrasi, diagram dan ilustrasi.
Langkah-langkah atau implikasi yang biasanya dilakukan untuk menerapkan belajar
bermakna Ausubel sebagai berikut:
1) Advance
Organizer (Handout)
Penyampaian awal tentang mater
yang akan dipelajari siswa diharapkan siswa secara mental akan siap untuk
menerima materi kalau mereka mengetahui sebelumnya apa yng akn disampaikan guru
2) Progressive
Differensial
Materi pelajaran yang
disampaikan guru hendaknya bertahap. Diawali dengan hal-hal atau konsep yang
umum, kemudia dilanjutkan ke hal-hal yang khusus, disertai dengan
contoh-contoh.
3) Integrative
Reconcilliation
Penjelasan yang diberikan oleh
guru tentang kesamaan dan perbedaan konsep-konsep yang telah mereka ketahui
dengan konsep yang baru saja dipelajari
4) Consolidation
Pemantapan materi dalam bentuk
menghadirkan lebih banyak contoh atau latihan sehingga siswa lebih bisa paham
dan selanjutnya siap menerima materi baru.
Aplikasi Teori Kognitif dalam Kegiatan Pembelajaran
Hakikat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktifitas
belajar yang berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perceptual, dan
proses internal. Kegiatan pembelajaran yang berpijak pada teori belajar
kognitif ini sudah banyak digunakan. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran,
mengembangkan strategi dan tujuan pembelajaran tidak lagi mekanistik
sebagaimana yang dilakukan dalam pendekatan behaviouristik. Kebebasan dan
keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar amat diperhitungkan, agar
belajar lebih bermakna bagi siswa. Sedangkan kegiatan pembelajarannya mengikuti
prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Siswa
bukan sebagai orang dewasa yang muda dalam proses berpikirnya. Mereka mengalami
perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu.
b. Anak
usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik, terutama
jika menggunakan benda-benda konkrit
c. Keterlibatan
siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena hanya dengan
mengaktifkan siswa maka hanya proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan
pengalaman dapat terjadi dengan baik
d. Untuk
menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan pengalaman
atau informasi baru dengan setruktur kognitif yang telah dimiliki si belajar
e. Pemahaman
dan retensi akan meingkat jika materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola
atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks.
f. Belajar
memahami akan lenih bermakna dari pada belajar menghafal. Agar bermakna,
informasi baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah
dimiliki siswa.
g. Adanya
perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena factor ini
sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.
Ketiga tokoh aliran kognitif di atas secara umum memiliki pandangan yang sama yaitu mementingkan keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar. Yang berbeda hanyalah langkah-langkah pembelajaran yang dikemukakan oleh masing-masing tokoh tersebut berbeda.
Ketiga tokoh aliran kognitif di atas secara umum memiliki pandangan yang sama yaitu mementingkan keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar. Yang berbeda hanyalah langkah-langkah pembelajaran yang dikemukakan oleh masing-masing tokoh tersebut berbeda.
Secara garis besar langkah-langkah pembelajaran yang dikemukakan oleh Suciati
dan Prastya Irawan (2001) dapat digunakan Langkah-langkah tersebut adalah:
a. Langkah-langkah
Pembelajaran Menurut Piaget
1) Menentukan
tujuan pembelajaran
2) Memilih
materi pelajaran
3) Menentukan
tujuan pembelajaran
4) Menentukan
kegiatan belajar yang sesuai untuk topik-topik tersebut misalnya penelitian,
memecahkan masalah, diskusi, simulasi, dan sebagainya
5) Mengembangkan
metode pembelajaran untuk merangsang kreatifitas dan cara berfikir siswa
6) Melakukan
penilaian proses dan hasil belajar siswa
7) Melakukan
penilaian proses dan hasil belajar siswa
b. Langkah-langkah
pembelajran menurut Bruner:
1) Menentukan
tujuan pembelajaran
2) Melakukan
identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dsb)
3) Memilih
materi pelajaran
4) Menentukan
topic-topik yang dapt dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh ke
generalisasi)
5) Mengembangkan
bahan-bahan belajr yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas, dan sebagainya
utuk dipelajari siswa
6) Mengatur
topic-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks
7) Melakukan
penilaian proses dan hasil belajar siswa
c. Langkah-langkah
pembelajaran menurut Ausubel
1) Menentukan
tujuan pembelajaran
2) Melakukan
identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, motivasi, gaya belajar, dan
sebagainya)
3) Memilih
materi pelajaran sesuai dengan karakteristik siswa dan mengaturnya dalam bentuk
konsep-konsep inti
4) Menentukan
topik-topik dan menampilkannya dalam bentuk advance organizer yang
akan dipelajari siswa
5) Mempelajari
konsep-konsep inti tersebut, dan menerapkan dalam bentuk nyata/konkret
6) Melakukan
penilaian proses dan hasil belajar siswa
Daftar
Pustaka
Darsono, Max. 2001. Belajar dan Pembelajaran.
Semarang: IKIP Semarang Press.
Budiningsih, Asri. (2005). Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Purwanto, M. Ngalim. (1990). Psikologi
Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
R.E, Slavin. (2000). Educational Psychology: Theory
and Practice. Sixth Edition. Boston: Allyn
and Bacon.
Sekian artikel dari saya tentang teori belajar menurut
Kognitif, semoga bermanfaat khususnya bagi pembaca, apabila ada yang kurang
paham atau adanya tambahan, bisa anda sampaikan melalui kolom komentar terima
kasih, wassalam
Pengertian dan macam-macam tahapan Teori Belajar Kognitif
4/
5
Oleh
Admin