Rabu, 03 Juni 2015

Pengertian dan macam-macam tahapan Teori Belajar Kognitif

teori belajar

Assalamualaikum wr.wb sobat Edu Salju, sekarang saya akan melanjutkan artikel sebelumnya yang berhubungan dengan pendidikan tepatnya masalah teori belajar yaitu tentang teori belajar menurut kognitif, belajar adalah hal yang hampir pernah dilakukan oleh semua orang akan tetapi kita hanya mengetahui bahwa belajar itu ialah dengan membaca ataupun mengingat sebuah ilmu yang sebenarnya hal yang paling sering kita lakukan itu juga mempunyai teori tersendiri, nah ini ada sedikit pembahasan tentang teori belajar kognitif yang juga berasal dari makalah teori belajar yang saya posting pada artkel sebelumnya.

                Pengertian Belajar Menurut Teori Kognitif
      Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnyatingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Belajar merukapan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yag nampak.
Teori kognitif menekankan bahwa bagian-baian dari suatu situasi saling berhubungan dengan seluruh konteks situasi tersbut.
Yang belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengoloahan informasi, emosi, dan aspk-aspek kejiwaan lainnya.
      Dalam praktek pembelajaran, teori kognitif antara lain tampak dalam rumusan-rumusan seperti berikut:

a.      Teori Perkembangan Piaget
            Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf.  Dengan makin bertambahnya umur seseorang, maka makin komplekslah susunan sel syarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya.  Ketika individu berkembang menuju kedewasaan, akan mengalami adaptasi biologis dengan lingkungannya yang akan menyebabkan adanya perubahan-perubahan kualitatif didalam struktur kognitifnya. 
            Menurut Piaget, proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangan sesuai dengan umurnya. Pola dan tahap-tahap ini bersifat hirarkhis, artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan seseorang tidak dapat belajar sesuatu yang berada di luar tahap kognitifnya. Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif ini menjadi empat yaitu:

1)     Tahap sensorimotor (umur 0-2 tahun)
      Pertumbuhan kemampuan anak tampak dari kegiatan motoric dan persepsinya yang sederhana. Ciri pokok perkembangannya berdasarkan tindakan, dan dilakukan langkah demi langkah.
      Kemampuan yang dimilikinya antara lain:
a)     Melihat dirinya sendiri sebagai makhluk yang berbeda dengan objek di sekitarnya
b)     Mencari rangsangan melalui sinar lampu dan suara
c)     Suka memperhatikan sesuatu lebih lama
d)     Mendefinisikan susuatu dengan memnipulasinya
e)     Memperhatikan objek sebagai hal yang tetap, lalu ingin merubah tempatnya

2)     Tahap preoperasional (umur 2-7/8 tahun)
      Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah pada penggunaan symbol atau bahasa tanda, dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif. Tahap ini dibagi menjadi dua, yaitu preoperasional dan intuitif.
      Preoperasional (umur 2-4 tahun), anak telah mampu menggunakan bahasa dalam mengembangkan konsep nya, walaupun masih sangat sederhana. Maka sering terjadi kesalahan dalam memahami objek. Karakteristik tahap ini adalah:

a)     Self counter nya sangat menonjol.
b)     Dapat mengklasifikasikan objek pada tingkat dasar secara tunggal dan mencolok.
c)     Mampu mengumpulkan barang-barang menurut kriteria, termasuk kriteria yang benar.
d)     Dapat menyusun benda-benda secara berderet, tetapi tidak dapat menjelaskan perbedaan antara deretan.
      Tahap intuitif (umur 4 - 7 atau 8 tahun), anak telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak abstraks. Dalam menarik kesimpulan sering tidak diungkapkan dengan kata-kata. Oleh sebab itu, pada usia ini, anak telah dapat mengungkapkan isi hatinya secara simbolik terutama bagi mereka yang memiliki pengalaman yang luas. Karakteristik tahap ini adalah :
a)  Anak dapat membentuk kelas-kelas atau kategori objek, tetapi kurang disadarinya.
b)  Anak mulai mengetahui hubungan secara logis terhadap hal-hal yang lebih kompleks.
c)  Anak dapat melakukan sesuatu terhadap sejumlah ide.
d)  Anak mampu memperoleh prinsip-prinsip secara benar. Dia mengerti terhadap sejumlah objek yang teratur dan cara mengelompokkannya. Anak kekekalan masa pada usia 5 tahun, kekekalan berat pada usia 6 tahun, dan kekekalan volume pada usia 7 tahun. Anak memahami bahwa jumlah objek adalah tetap sama meskipun objek itu dikelompokkan dengan cara yang berbeda.

3)     Tahap Operasional Konkret (Umur 7 atau 8-11 atau 12 tahun)
   Operation adalah suatu tipe tindakan untuk memanipulasi objek atau gambaran yang ada di dalam dirinya.  Karenanya kegiatan ini memerlukan proses transformasi informasi ke dalam dirinya sehingga tindakannya lebih efektif.  Anak sudah tidak perlu coba-coba dan membuat kesalahan, karena anak sudah dapat berpikir dengan menggunakan model "kemungkinan" dalam melakukan kegiatan tertentu.  Ia dapat menggunakan hasil yang telah dicapai sebelumnya.  Anak mampu menangani sistem klasifikasi.
   Namun sungguh pun anak telah dapat melakukan pengklasifikasian, pengelompokan dan pengaturan masalah (ordering problems) ia tidak sepenuhnya menyadari adanya prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya.  Namun taraf berpikirnya sudah dapat dikatakan maju.  Anak sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik perseptual pasif.  Untuk menghindari keterbatasan berpikir anak perlu diberi gambaran konkret, sehingga ia mampu menelaah persoalan.  Sungguhpun demikian anak usia 7-12 tahun masih memiliki masalah mengenai berpikir abstrak

4)     Tahap Operasional Formal (Umur 11/12-18 tahun)
   Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan  menggunakan pola berpikir "kemungkinan".  Model berpikir ilmiah dengan tipe hipothetico-dedutive dan inductive sudah mulai dimiliki anak, dengan kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan dan mengembangkan hipotesa.  Pada tahap ini kondisi berpikir anak sudah dapat :
a)     Bekerja secara efektif dan sistematis.
b)     Menganalisis secara kombinasi.  Dengan demikian telah diberikan dua kemungkinan penyebabnya, C1 dan C2 menghasilkan R, anak  dapat merumuskan beberapa kemungkinan.
c)     Berpikir secara proporsional, yakni menentukan macam-macam proporsional tentang C1, C2 dan R misalnya.
d)     Menarik generalisasi secara mendasar pada satu macam isi.  Pada tahap ini mula-mula Piaget percaya bahwa sebagian remaja mencapai formal operations paling lambat pada usia 15 tahun.  Tetapi berdasarkan penelitian maupun studi selanjutnya menemukan bahwa banyak siswa bahkan mahasiswa walaupun usianya telah melampaui, belum dapat melakukan formal operation.
Secara umum, semakin tinggi tahap perkembangan kognitif seseorang akan semakin teratur dan semakin abstrak cara berpikirnya.  Guru seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif pada muridnya agar dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajarannya sesuai dengan tahap-tahap tersebut.  Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan tidak sesuai dengan kemampuan dan karakteristik siswa tidak akan ada maknanya bagi siswa.

b.      Teori Belajar Menurut Bruner
      Jerome Bruner (1966) adalah seorang pengikut setia teori kognitif khususnya dalam studi perkembangan fungsi kognitif. Ia menandai perkembangan kognitif manusia sebagai berikut:
1)     Perkembangan intelektual ditandai dengan adanya kemajuan dalam menanggapi suatu rangsangan
2)     Peningkatan pengetahuan tergantung pada perkembangan system penyimpangan informasi secara realis.
3)     Perkembangan intelektual meliputi perkembangan kemampuan berbicara pada diri sendiri atau pada orang lain melalui kata-kata atau lambang tentang apa yang telah dilakukan.
4)     Interaksi secara sistematis antara pembimbing, guru atau orang tua dengan anak diperlukan bagi perkembangan kognitifnya.
5)     Bahasa adalah kunci perkembangan kognitif, karena bahasa merupakan alat komunikasi antara manusia.
6)     Perkembangan kognitif ditandai dengan kecakapan untuk mengemukakan beberapa alternative secara simultan, memilih tindakan yang tepat, dapat memberikan prioritas yang berurutan dalam berbagai situasi.
Bruner menekankan adanya pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku sesorang. Dengan teorinya yang disebut free discovery learning, ia mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Bruner menyatakan bahwa perkembangan bahasa benar pengaruhnya terhadap perkembangan kognitif.
Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh carnya melihat lingkungan, yaitu; enactive, iconic, dan symbolic.
1)     Tahap enaktif, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya untuk memahami lingkungan sekitarnya. Artinya, dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan pengetahuan motorik. Misalnya melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dans sebagainya.
2)     Tahan ikonik, seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Maksudnya, dalam memahami dunia dan sekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi)
3)     Tahap simbolik, seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui simbol-simbol bahasa, logika, matematika, dan sebagainya. Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak symbol. Semakin matang seseorang dalam proses berfikirnya, semakin dominan system simbolnya. Meskipun begitu tidak berarti ia tidak lagi menggunakan system enaktif dan ikonik. Penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah satu bukti masih diperlakukannya system enaktif dan ikonik dalam proses belajar.

c.      Teori Belajar Bermakna Ausubel
Ausubel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar yang bermakna. Bermakna yaitu materi pelajaran yang baru sesuai dengan konsep yang dalam struktur kognisi siswa.
            Ausebel beranggapan bahwa aktivitas belajar siswa, terutama mereka yang berada di tingkat pendidikan dasar akan bermanfaat apaabila mereka banyak dilibatkan dalam kegiatan langsung. Namun siswa pada pendidikan lebih tinggi kegiatan langsung akan mengita banyak waktu. Lebih efektif apabila guru menggunakan penjelasan, demonstrasi, diagram dan ilustrasi.
            Langkah-langkah atau implikasi yang biasanya dilakukan untuk menerapkan belajar bermakna Ausubel sebagai berikut:
1)     Advance Organizer (Handout)
Penyampaian awal tentang mater yang akan dipelajari siswa diharapkan siswa secara mental akan siap untuk menerima materi kalau mereka mengetahui sebelumnya apa yng akn disampaikan guru
2)     Progressive Differensial
Materi pelajaran yang disampaikan guru hendaknya bertahap. Diawali dengan hal-hal atau konsep yang umum, kemudia dilanjutkan ke hal-hal yang khusus, disertai dengan contoh-contoh.
3)     Integrative Reconcilliation
Penjelasan yang diberikan oleh guru tentang kesamaan dan perbedaan konsep-konsep yang telah mereka ketahui dengan konsep yang baru saja dipelajari
4)     Consolidation
Pemantapan materi dalam bentuk menghadirkan lebih banyak contoh atau latihan sehingga siswa lebih bisa paham dan selanjutnya siap menerima materi baru.

Aplikasi Teori Kognitif dalam Kegiatan Pembelajaran
            Hakikat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktifitas belajar yang berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perceptual, dan proses internal. Kegiatan pembelajaran yang berpijak pada teori belajar kognitif ini sudah banyak digunakan. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran, mengembangkan strategi dan tujuan pembelajaran tidak lagi mekanistik sebagaimana yang dilakukan dalam pendekatan behaviouristik. Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar amat diperhitungkan, agar belajar lebih bermakna bagi siswa. Sedangkan kegiatan pembelajarannya mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:
a.      Siswa bukan sebagai orang dewasa yang muda dalam proses berpikirnya. Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu.
b.      Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik, terutama jika menggunakan benda-benda konkrit
c.      Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena hanya dengan mengaktifkan siswa maka hanya proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik
d.      Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan pengalaman atau informasi baru dengan setruktur kognitif yang telah dimiliki si belajar
e.      Pemahaman dan retensi akan meingkat jika materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks.
f.       Belajar memahami akan lenih bermakna dari pada belajar menghafal. Agar bermakna, informasi baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
g.      Adanya perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena factor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.
Ketiga tokoh aliran kognitif di atas secara umum memiliki pandangan yang sama yaitu mementingkan keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar. Yang berbeda hanyalah langkah-langkah pembelajaran yang dikemukakan oleh masing-masing tokoh tersebut berbeda.
            Secara garis besar langkah-langkah pembelajaran yang dikemukakan oleh Suciati dan Prastya Irawan (2001) dapat digunakan Langkah-langkah tersebut adalah:

a.      Langkah-langkah Pembelajaran Menurut Piaget
1)     Menentukan tujuan pembelajaran
2)     Memilih materi pelajaran
3)     Menentukan tujuan pembelajaran
4)     Menentukan kegiatan belajar yang sesuai untuk topik-topik tersebut misalnya penelitian, memecahkan masalah, diskusi, simulasi, dan sebagainya
5)     Mengembangkan metode pembelajaran untuk merangsang kreatifitas dan cara berfikir siswa
6)     Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa
7)     Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa 

b.      Langkah-langkah pembelajran menurut Bruner:
1)     Menentukan tujuan pembelajaran
2)     Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dsb)
3)     Memilih materi pelajaran
4)     Menentukan topic-topik yang dapt dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh ke generalisasi)
5)     Mengembangkan bahan-bahan belajr yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas, dan sebagainya utuk dipelajari siswa
6)     Mengatur topic-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks
7)     Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa

c.      Langkah-langkah pembelajaran menurut Ausubel
1)     Menentukan tujuan pembelajaran
2)     Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, motivasi, gaya belajar, dan sebagainya)
3)     Memilih materi pelajaran sesuai dengan karakteristik siswa dan mengaturnya dalam bentuk konsep-konsep inti
4)     Menentukan topik-topik dan menampilkannya dalam bentuk advance organizer yang akan dipelajari siswa
5)     Mempelajari konsep-konsep inti tersebut, dan menerapkan dalam bentuk nyata/konkret
6)     Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa

Daftar Pustaka
Darsono, Max. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.
Budiningsih, Asri. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Purwanto, M. Ngalim. (1990). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
R.E, Slavin. (2000). Educational Psychology: Theory and Practice. Sixth Edition. Boston: Allyn and Bacon.

Sekian artikel dari saya tentang teori belajar menurut Kognitif, semoga bermanfaat khususnya bagi pembaca, apabila ada yang kurang paham atau adanya tambahan, bisa anda sampaikan melalui kolom komentar terima kasih, wassalam




Related Posts

Pengertian dan macam-macam tahapan Teori Belajar Kognitif
4/ 5
Oleh